“Marah” sebuah expressi dari ketidak
setujuan atau ketidak sesuaian, antara keinginan dan kenyataan yang
terjadi. Dalam hal ini, marah adalah perasaan yang spontanitas karena
stimulus yang mendorong perasaan tidak nyaman itu muncul.
Marah merupakan sebuah ‘signal’, atau
pertanda segala ketidak sesuaian. Dan biasanya espresi tersebut bisa
berakibat fatal jika tidak bisa mengendalikan atau mengelolanya. Oleh
karena itu, marah harus bisa di ketahui dan dikelola agar tidak
menimbulkan penyesalan di kemudian hari.
Menurut Harriet Lerner, marah adalah suatu
tanggapan dari perlakuan tidak adil. Adapun ketildakadilah tersebut
adalah sebuah pesan yang menyatakan :
- Kita itu sedang dilukai,
- Hak kita sedang dilanggar
- Kebutuhan atau keinginan kita sedang tidak dipenuhi
- Ada
sesuatu yang tidak benar.
Berikutnya, ada beberapa psikologi di bawah
ini yang menyatakan manfaat marah. Ini adalah sebuah upaya pengaturan
marah agar bisa dikendalikan sehingga tidak melampui batas wajar dalam
menexspresikannya. Sehingga bisa membuat marah tersebut menjadi hal yang
menguntungkan.
Pertama, menurut Charles Spielberger, Ph.D., seorang ahli
psikologi yang mengambil spesialisasi studi tentang marah. Marah adalah
suatu perilaku yang normal dan sehat yakni sebagai salah satu bentuk
ekspresi emosi manusia. Seperti bentuk emosi lainnya, marah juga diikuti
dengan perubahan psikologis dan biologis. Ketika Anda marah, denyut
nadi dan tekanan darah meningkat, begitu juga dengan level hormon,
adrenalin dan noradrenalin.
Kedua,
menurut Mark Gorkin seorang konsultan pencegahan stres dan kekerasan,
membagi marah dalam empat kategori; marah yang disengaja, marah spontan
(marah yg dilakukan secara tiba-tiba), marah konstruktif (marah yang
disertai ancaman terhadap orang lain) dan marah destruktif (marah yang
ditumpahkan tanpa rasa bersalah).
Ketiga,
marah merupakan satu bentuk komunikasi. Karena adakalanya orang lain
baru mengerti maksud yang ingin disampaikan ketika kita marah. Bentuk
penyampaian marah bisa berbeda-beda bergantung pada lingkungan dan
kondisi sosial budaya yang membentuknya. Di Jepang, orang sering diam
saat marah karena memang orang-orang Jepang tidak terbiasa
mengekspresikan perasaannya. Berbeda dengan orang Amerika yang lebih
berterus terang mengungkapkan perasaannya atau sama halnya dengan Suku
Batak di tanah air kita.
Keempat, marah adalah manusiawi. Marah memang bisa
dikendalikan menjadi sebuah relaksasi yang menyehatkan. Marah yang bisa
berdampak buruk adalah marah yang tidak dikelola. Hal ini sudah terbukti
pada sebuah penelitian yang menyatakan marah akan lebih baik daripada
memendam perasaan jengkel. baik secara fisik maupun secara psikologis.
Karena jika di pendam, marah akan mengakibatkan banyaknya saraf yang
kaku (dalam jangka panjang biasanya bisa menimbulkan stroke).
Selanjutnya,
Bagaimana mengelola marah sehingga bisa menjadi menyehatkan?
Berikut ini adalah tips agar marah dapat
menjadi expresi perasaan yang tidak merugikan.
- Lontarkan kemarahan atau kejengkelan Anda sewajarnya saja. Sampaikan, penyebab utama kejengkelan itu. Bukan marah yang sekadar menuruti emosi yang meledak-ledak, kemudian melampiaskannya melalui kata-kata, ekspresi dan perlakuan yang kasar karena dapat merugikan orang lain. Untuk itu, dalam keadaan marah kita harus mengedepankan rasio. Sehingga kemarahan itu jadi lebih terkendali
- Mengidentifikasi kesalahan sikap dan pendirian yang memengaruhi seseorang menjadi marah secara berlebihan. Bila telah diketahui dan diperbaiki kesalahan ini, umumnya Anda bakal lebih mudah mengendalikan marah.
- Mengidentifikasi faktor-faktor dari masa kecil yang menghambat kemampuan untuk mengekspresikan amarah. Faktor-faktor ini termasuk ketakutan, penolakan dan ketidaktahuan.
- Mempelajari cara tepat untuk mengekspresikan kemarahan sehingga tetap dapat menguasai situasi yang menimbulkan kemarahan itu, bahkan secara lebih efektif.
- Menutup luka-luka yang mungkin tertinggal oleh pengaruh emosional dari kemarahan yang menghancurkan.
Semoga bermanfaat…
Untuk Download Artikel Klik Gambar
0 komentar:
Posting Komentar